MIE ASIN SINGKAWANG...
Mie
Asin merupakan warisan budaya serta keanekaragaman etnis di
Singkawang membuat mereka juga memiliki kemajemukan kuliner. Cita
rasa dari penganan khas kota pesisir di Kalimantan Barat ini ternyata
tidak kalah lezat dibandingkan makanan dari kota-kota lainnya di
seantero Indonesia.
Masyarakat Singkawang mengenal kuliner khas Mie Asin atau Misoa yang
terpengaruh dari kebudaan China. Sekitar 60% masyarakat Singkawang adalah keturunan etnis Tionghoa yang memiliki kepercayaan bahwa
menyantap mie pada peringatan hari kelahiran merupakan simbol doa
berkah usia yang panjang.
Kata
“asin” pada Mie Asin bukan tentang rasanya,
melainkan merujuk pada garam sebagai bahan pokok yang digunakan untuk
mengawetkan mie. Dengan demikian, mie bisa tahan tiga hingga empat
bulan.
Proses
pembuatan Mie Asin sendiri melalui tahapan-tahapan yang cukup
panjang. Setelah membuat adonan mie yang terdiri dari tiga jenis
bahan dasar seperti tepung terigu, air dan garam, adonan tersebut
dimasukan ke mesin penggiling. Proses penggilingan ini sendiri
berlangsung beberapa kali agar mendapatkan hasil dengan tingkat
ketebalan yang sama. Langkah selanjutnya adalah menganginkan beberapa
saat sebelum adonan dimasukkan ke mesin pengiris. Mesin inilah yang
mengubah adonan yang awalnya berbentuk gulungan tipis menjadi
lembaran mie asin.
Setelah
itu mie asin dijemur selama satu hingga dua jam, tergantung cuaca.
Karena masih mengadopsi cara tradisional, terkadang proses pembuatan
Mie Asin mengalami kendala. Cuaca yang tidak menentu
mempengaruhi proses pengeringan mie. Sejak dulu, proses pengeringan
memang mengandalkan sinar matahari. Namun, hal-hal semacam itu tidak
menjadikan mereka patah semangat dalam melestarikan kuliner khas
Singkawang ini. Lepas proses penjemuran, lembar demi lembar Mie
Asin dikukus di dalam tong kayu selama satu jam. Baru kemudian
didinginkan dan kemas ke dalam plastik.
0 Jumlah komentar:
Post a Comment