Ramai
kaki lima menyajikan khas berselera, orang duduk bersila, aksi
musisi jalanan, persimpangan dan gang – gang sempit, senyuman
ramah sederhana, sepertinya persepsi orang akan sama, dapat
dipastikan kalimat pembuka diatas mengarahkan pada satu Kota
di Indonesia tercinta
yaitu Jogjakarta.
Kali ini saya mengunjungi Kota tersebut, dengan cara yang sama ala
Ransel atau biasa disebut Backpacker. Setelah mendapat uti dari
kantor, akhirnya niat yang telah lama terpendam dapat dilaksanakan.
Alhamdulillah… Baik kita mulai perjalanannya, berhubung saya
tinggal dekat dengan Jakarta maka
Stasiun Pasar Senen jadi tujuan utama saya. Ba’da magrib saya tiba
di Stasiun, dan langsung menuju loket tiket kereta ekonomi Jalur
Selatan. Saya menggunakan KA Progo dengan tujuan akhir Stasiun
Lempuyangan dengan tarif tiket yang sangat bersahabat Rp 35.000,
kereta berangkat pukul 21.00 WIB (ontime biasanya) dan tiba di
Stasiun Lempuyangan menurut jadwal yang tertera pada tiket 07.04
WIB, namun biasanya selalu terlambat 1 jam. Maklum kereta kelas
ekonomi selalu mengalah apabila akan disusul atau bersilangan dengan
kereta kelas bisnis dan eksekutif and Its normal. Pukul 08.00 tiba
di Stasiun Lempuyangan dan seorang teman yang sudah dianggap adik
sendiri telah menunggu dengan setia di Stasiun.
Beruntung
kali ini saya dapat tumpangan gratis dirumah teman untuk menginap
selama saya di Jogjakarta,
sehingga bujet untuk biaya penginapan bisa di skip
Alhamdulillah…Namun buat teman – teman yang akan berkunjung
ke Jogjakarta dan
harus sewa penginapan tidak perlu risau di Jogjakarta banyak
penginapan yang murah – murah, langsung saja menuju jalan
Malioboro, Pasar kembang atau Sosrowijayan dimana tempat para turis
– turis untuk mencari penginapan dengan tarif yang terjangkau
mulai Rp 100.000; bahkan bisa ditawar kalu tidak cocok kita bisa
pindah ke penginapan lainnya. Beberapa penginapan diantaranya
adalah.
- Mercury
Guesthouse,Jl. Gerilya MG III/595 (Behind Jl. Prawirotaman),
- Hotel
Aryuka , Jl. Kaliurang Km. 5,8 Ring Road Utara, Yogyakarta
- Sari
Homestay, Jl. Duwet, 206 CTT Depok Sleman, Yogyakarta
Setelah
beristirahat sejenak tidak buang waktu lagi saya langsung menuju
shelter Trans Jogjakarta didepan
Kampus UGM, kebetulan teman kost di kawasan Kampus UGM. Trans Jogja
menjadi pilihat yang hemat untuk menuju beberapa wisata yang
terdapat di Kota Jogja, hanya dengan tarif Rp 3.000; kita sudah bisa
berkeliling di Kota Jogjakarta.
Trans Jogjakarta memiliki
beberapa rute yang selalu melewati tempat Wisata. Berangkat….
Objek
- objek wisata di Jogja :
Benteng
Vredeburg yang terletak di samping Pasar Bringharjo satu arah
dengan Malioboro,
dan saya menggunakan Trans Jogjakarta nomor
3A. Benteng Vredeburg adalah sebuah benteng yang dibangun tahun 1765
oleh VOC di Jogjakarta selama
masa kolonial VOC. Gedung bersejarah ini terletak di depan Gedung
Agung (satu dari tujuh istana kepresidenan di Indonesia) dan Istana
Sultan Jogjakarta Hadiningrat
yang dinamakan Kraton. Benteng ini dibangun oleh VOC sebagai pusat
pemerintahan dan pertahanan gubernur Belanda kala itu. Benteng ini
dikelilingi oleh sebuah parit yang masih bisa terlihat sampai
sekarang. Benteng berbentuk persegi ini mempunyai menara pantau di
keempat sudutnya. Di masa lalu, tentara VOC dan juga Belanda sering
berpatroli mengelilingi dindingnya. (wikipedia)
Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat, dari Benteng saya putuskan untuk jalan kaki menuju keraton. Dengan berjalan kaki saya bisa menikmati Jogjakarta seutuhnya, dari Benteng hingga Keraton dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dengan berjalan kaki. Dengan menggunakan becak perjalanan dapat ditempuh selama 15 menit, dengan tarif 10.000 – 15.000 (bisa ditawar). Sampai di Keraton saya langsung menemui beberapa abdi dalem untuk mendengarkan cerita tentang sejarah dari Keraton Jogjakarta. Di dalam Keraton selalu terdapat abdi dalem yang melakukan seni tembang dengan intonasi dan bahasa jawa yang khas Keraton. Keraton merupakan salah satu objek wisata di Kota Jogjakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas. (wikipedia)
Hari
sudah menjelang magrib, perjalanan saya lanjutkan menuju Jl. Wijilan
yang terkenal dengan Nasi Gudegnya yang terletak disbelah timur Alun
– alun Kidul. Di Jl. Wijilan banyak terdapat Warung Nasi Gudeg di
sepanjang emperan jalan. Walaupun sedikit mahal tapi puaslah dengan
rasa yang sesuai dengan harganya, Maknyoooos…satu porsi Nasi Gudeg
dengan lauknya sekitar Rp 15.000. Hari pertama di
Kota Jogjakarta pun
ditutup dengan santapan Nasi Gudeg Wijilan. Untuk menikmati
Gudeg Jogjakarta ya
ngga harus di Jl. Wijilan, setiap persimpangan
jalam Jogjakarta biasanya
ada pedagang Nasi Gudeg keliling yang sedang mangkal, sebenarnya ada
satu tempat yang khas juga untuk menikmati Gudeg yaitu Gudeg Pawon
di bilangan Umbulharjo, dimana Backpackers bisa menikmati Gudeg
langsung di dapurnya. Berhubung ngga tau tempatnya, Gudeg Wijilan
ngga kalah enak.
Dari Taman Sari kita bisa langsung mengunjungi Masjid yang terletak dibawah tanah dan memiliki lorong ysang sangat panjang, menurut informasi penduduk setempat salah satu lorong masjid tersebut bisa tembus hingga ke pantai Parangtritis yang berada di Selatan Jogjakarta atau Pantai Selatan. Menurut ceritanya dahulu mesjid ini juga digunakan sebagai tempat persembunyian dan persemedian Raja, memang didalam lorong masjid terdapat beberapa ruangan menjorok kedalam layaknya sebuah tempat khusus, dari struktur bangunannya sepintas mirip dengan "lobang jepang" yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.Angkringan St. Tugu, Perjalanan harus dihentikan karena hujan mengguyur kota jogja begitu derasnya, akhirnya saya putuskan untuk beristirahat sejenak di Mesjid sekitar Taman Sari. Hujan begitu lamanya turun dan sore pun tiba, kemudian saya lanjutkan untuk jalan – jalan sore di Malioboro dan malam pun tiba. Seorang teman sudah menunggu saya di sebuah jalan yang terletak di sebrang Jalan Malioboro dan tepat di samping Stasiun Tugu, dimana jalan tersebut jadi tempat berkumpulnya muda – mudi Jogjakarta karena terdapat warung Angkringan di sepanjang jalannnya. Angkringan di jalan ini cukup terkenal, dengan ala Lesehan dengan sajian Nasi Kucing dan Kopi Jossnya yang sangat nikmat, kalau belum ke warung Angkringan sebelah Stasiun Tugu tidak lengkap juga mengunjungi Jogjakarta, katanyaaaa…, tapi memang iya juga si. Backpackers bisa merasa santai menikmati nasi kucing dan kopi joss khas Jogjakarta, dijamin bakalan betah berlama - lama di angkringan ini (base on true story)
Tidak
lengkap rasanya ke Jogjakarta tidak
mengunjungi Kota Gede dan Candi
Prambanan, so hari terakhir saya di Jogjakarta kedua
tempat diatas saya jadikan sebagai tujuan akhir saya di
Kota Jogjakarta.
Untuk menuju Kota Gede Backpackers harus naik dua kali
Trans Jogjakarta,
pertama menuju Malioboro menggunakan
3A kemudian pindah jalur 2A/2B (rada lupa tapi jelas informasinya di
shelter Malioboro)
untuk menuju Kota Gede. Pukul 9 pagi sampai di Kota Gede, di Kota
Gede terkenal dengan kerajinan peraknya dan bangunan Rumah Joglonya,
berjalan di gang – gang sempit ditambah dengan senyuman sederhana
warga Kota Gede memberi pengalaman yang tak terlupakan, di ujung
gang tersebut adalah Pasar Kota Gede dan Es Dawet menjadi teman
pelepas dahaga.
Tidak
terasa hari sudah siang, saya kembali menuju shelter
Trans Jogjakarta Kota
Gede untuk menuju Candi
Prambanan, cukup jauh perjalan ditempuh selama 2 jam belum lagi
di tambah macet di sekitar pusat Kota Jogjakarta,
sekitar pukul 3 sore saya tiba di Candi
Prambanan. Sungguh peninggalan sejarah yang sangat menakjubkan,
tapi sayang akibat Gempa Jogjakarta beberapa
candi ada yang rusak. Setelah satu jam di Candi
Prambanan saya
kembali menuju Kota Jogjakarta (Malioboro)
untuk mencari oleh - oleh khas Jogjakarta,
seperti Bakpia dan sebagainya. Untuk bakpia harga satu dusnya Rp
22.000, teman – teman bisa menuju jalan KS Tubun disana banyak
kios kios khus oleh oleh Jogjakarta.
Perjalanan di Jogjakarta pun
berakhir dan siap kembali ke Jakarta.
Puaaaasssss….:) Ayo ke Jogjakarta………….
0 Jumlah komentar:
Post a Comment